Enerkem, perusahaan yang berbasis di Montreal, Kanada, menawarkan solusi untuk mengubah sampah menjadi sumber energi berupa etanol. Padahal hingga saat ini, solusi tersebut masih mengalami kendala biaya tinggi sehingga banyak pihak yang meragukannya.
Namun CEO Enerkem yakin proses pengolahan sampah perusahaannya akan efisien dalam hal ongkos produksi. Karena tidak seperti perusahaan lain yang harus membayar sampah sebagai bahan baku pembuat etanol, Enerkem justru dibayar untuk mengangkut, membuang sampai membakar sampah. Inilah yang membuat Enerkem bisa memangkas biaya untuk membeli bahan baku.
Proses dan teknologinya sendiri sederhana. Sebuah fasilitas pengolahan Enerkem menerima sampah padat dari kota yang terdiri atas beragam sampah rumah tangga. Sampah yang bisa didaur ulang dipisahkan terlebih dahulu, kemudian sisanya dipotong hingga menjadi ukuran kecil lalu dipanaskan dalam suhu sekitar 400 derajat Celsius.
Hidrogen dan karbon monoksida, yang merupakan hasil pembakaran, ditangkap sebelum keluar dari cerobong pembakaran. Sementara polutan lain seperti karbon dioksida disaring terlebih dulu. Gas-gas murni ini selanjutnya diproses dengan katalis yang mengubahnya menjadi metanol. Proses pengilangan selanjutnya dapat mengubah metanol menjadi etanol atau bahan baku lainnya.
Metode yang diterapkan Enerkem ini sangat ramah lingkungan. Karena dengan memanfaatkan sampah, tidak ada sumber pangan yang harus dikorbankan untuk membuat bahan bakar. Selain itu, sampah juga tidak akan menumpuk di tempat pembuangan akhir, membusuk perlahan, dan menghasilkan metana, yang merupakan gas rumah kaca.
Enerkem berambisi untuk menghasilkan 1,3 juta galon etanol setiap tahun. Saat ini, Enerkem sedang membangun pabrik penyulingan kedua di Edmonton, Alberta dengan kapasitas produksi hingga 10 juta galon etanol per tahun. Sebuah pabrik kembar lainnya di Tupelo, Mississipi akan mampu mengolah 200 ribu ton sampah per tahun.
Namun CEO Enerkem yakin proses pengolahan sampah perusahaannya akan efisien dalam hal ongkos produksi. Karena tidak seperti perusahaan lain yang harus membayar sampah sebagai bahan baku pembuat etanol, Enerkem justru dibayar untuk mengangkut, membuang sampai membakar sampah. Inilah yang membuat Enerkem bisa memangkas biaya untuk membeli bahan baku.
Proses dan teknologinya sendiri sederhana. Sebuah fasilitas pengolahan Enerkem menerima sampah padat dari kota yang terdiri atas beragam sampah rumah tangga. Sampah yang bisa didaur ulang dipisahkan terlebih dahulu, kemudian sisanya dipotong hingga menjadi ukuran kecil lalu dipanaskan dalam suhu sekitar 400 derajat Celsius.
Hidrogen dan karbon monoksida, yang merupakan hasil pembakaran, ditangkap sebelum keluar dari cerobong pembakaran. Sementara polutan lain seperti karbon dioksida disaring terlebih dulu. Gas-gas murni ini selanjutnya diproses dengan katalis yang mengubahnya menjadi metanol. Proses pengilangan selanjutnya dapat mengubah metanol menjadi etanol atau bahan baku lainnya.
Metode yang diterapkan Enerkem ini sangat ramah lingkungan. Karena dengan memanfaatkan sampah, tidak ada sumber pangan yang harus dikorbankan untuk membuat bahan bakar. Selain itu, sampah juga tidak akan menumpuk di tempat pembuangan akhir, membusuk perlahan, dan menghasilkan metana, yang merupakan gas rumah kaca.
Enerkem berambisi untuk menghasilkan 1,3 juta galon etanol setiap tahun. Saat ini, Enerkem sedang membangun pabrik penyulingan kedua di Edmonton, Alberta dengan kapasitas produksi hingga 10 juta galon etanol per tahun. Sebuah pabrik kembar lainnya di Tupelo, Mississipi akan mampu mengolah 200 ribu ton sampah per tahun.
Sumber: Popsci